Harga emas diperdagangkan dalam range yang sempit, mencoba bergerak lebih tinggi namun gagal bertahan diatas $1,865 per ons, meski Indeks Dolas AS diperdagangkan melemah menyusul pelemahan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan Investor mencoba bersikap tenang serta berhati-hati merespon setiap perkembangan geopolitik di Timur Tengah dan jelang rilis data kunci inflasi AS pekan ini.
Hingga akhir penutupan Selasa (10/10), harga emas dipasar spot berakhir turun tipis hanya sekitar 81 sen atau 0.04% pada level $1,860.18 per ons, setelah capai tertinggi $1,865 dan terendah $1,852. Sedangkan emas berjangka kontrak Desember berakhir menguat sebanyak $9.30 atau 0.50% pada level $1,873.60 per ons di Divisi Comex.
Sejauh ini, harga emas terlihat kesulitan untuk naik lebih tinggi setelah dibuka gap-up pada perdagangan awal pekan (9/10) – pasalnya sentimen yang beragam memenuhi lantai pasar emas dengan kegelisahan tentang bagaimana the Fed akan merespon risiko lonjakan inflasi dan bagaiaman Federal Reserves AS memutuskan kebijakan moneternya seiring dengan kenaikan tajam harga minyak mentah dunia dan sektor tenaga kerja yang lemah.
Malam ini, Fokus utama investor akan tertuju pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Kamis dini hari yang akan membacakan risalah dari pertemuan bulan September dan Laporan Indeks Harga Produsen (PPI) dari bulan yang sama.
Dolar
Indeks Dolar AS diperdagangkan melemah selama sesi Selasa (10/10), mencapai level terendah 105.66 merespon pelemahan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan suasana pasar global yang terus berhati-hati melihat perkembangan konflik geopolitik Timur Tengah antara Israel dan kelompok teroris Hamas.
Disisi lain, Investor terlihat mengantisipasi langkah Tiongkok yang dilaporkan sedang mempertimbangkan penerbitan setidaknya 1 triliun yuan ($137,1 miliar) utang negara untuk anggaran belanja guna meningkatkan perekonomiannya yang sedang kesulitan. Berita ini, mendorong Yuan bergerak naik dan menekan pergerakkan Dolar.
Hingga akhir perdagangan Selasa (10/10), Indeks Dolar AS berakhir melemah sebanyak 30 poin atau 0.28% pada level 105.78, setelah capai tertinggi 106.25 dan terendah 105.66.
Melemahnya Dolar membantu rebound sekeranjang matauang berisiko ditengah minimnya data ekonomi.
- AUDUSD : 0.6430 , +21 / +0.32%
- EURUSD : 1.0603 , +39 / +0.37%
- GBPUSD : 1.2286 , +49 / +0.40%
- NZDUSD : 0.6045 , +23 / +0.39%
- USDJPY : 148.71 , +20 / +0.14%
- USDCAD : 1.3581 , -6 / -0.04%
- USDCHF : 0.9045 , -20 / -0.22%
- USDCNH : 7.2816 , -54 / -0.07%
Minyak
Harga minyak mentah dunia terkoreksi selama sesi perdagangan Selasa (10/10) setelah reli tajam lebih dari 4% di sesi sebelumnya karena para pelaku pasar berhati-hati dalam mengamati potensi gangguan pasokan di tengah bentrokan militer antara Israel dan kelompok Hamas.
Harga minyak terkoreksi merespon sikap Iran – yang merupakan pendukung Hamas, membantah adanya hubungan atau keterlibatan dalam eskalasi konflik Gaza. Namun harga minyak masih berpotensi kembali meningkat karena meningkatnya ketegangan di Gaza dapat memicu sanksi lebih lanjut terhadap Iran dari AS, yang merupakan pendukung Israel.
Sementara itu, investor juga khawatir bahwa geopolitik akan meluas ke negara tetangga Iran dan Arab Saudi. Jika konflik meluas di wilayah tersebut, maka dapat mengancam stabilitas Selat Hormuz, yang merupakan unsur pasokan minyak yang paling penting – yakni rute yang menyampaikan hampir seperlima distribusi minyak global.
- OIL (SPOT) : $84.49 , -$0.53 / -0.62%
- WTI : $85.91 , -$0.47 / -0.54%
- BRENT : $87.65 , -$0.50 / -0.57%
Sentimen
Selama perdagangan Rabu (11/10), Fokus utama investor akan tertuju pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Kamis dini hari yang akan membacakan risalah dari pertemuan bulan September dan Laporan Indeks Harga Produsen (PPI) pada pukul 19.30 WIB.