Pasar keuangan global bergejolak dizona merah karena memburuknya sentimen pasar melihat banyak fundamental ekonomi yang menghantui perkembangan pertumbuhan ekonomi global, diantara: Krisis properti di China, polemik politik pemerintah AS untuk menghindari ‘shutdown’ hingga Ancaman badai inflasi karena lonjakan harga minyak mentah dunia.
- Krisis properti di Tiongkok Krisis properti dan ekonomi Tiongkok terus menjadi sorotan tajam pelaku pasar dunia, sebagai negara dengan ekonom terbesar. Krisis menjadi semakin buruk sejak Evergrade gagal melakukan pembayaran utangnya minggu lalu.
- Shutdown AS
Hanya tersisa 3 hari lalu untuk pemerintah Amerika mencapai kesepakatanuntuk meluluskan rancangan undang-undang pengeluaran untuk mendanai program badan federal pada tahun fiskal yang dimulai pada 1 Oktober 2023.
Jika tidak ada kesepakatan maka pemerintah AS akan ditutup hingga waktu yang tidak ditentukan. Publikasi data ekonomi utama AS, termasuk laporan ketenagakerjaan dan inflasi yang sangat penting bagi pembuat kebijakan dan investor, akan ditangguhkan tanpa batas waktu jika pemerintah federal ditutup pada akhir pekan ini karena kekurangan dana.
Inflasi
Melonjaknya harga minyak mentah dunia selama satu bulan terakhir kini mencapai titik tertinggi baru pada $93 per barel. Hal ini, kembali meresahkan para pembuat kebijakan yang mencoba mengendalikan inflasi tetap stabil.
Tingginya harga minyak, sangat berpotensi mendorong inflasi kembali memanas dan memaksa Bank Sentral untuk kembali berada pada lajur kenaikan suku bunga.
Reaksi Pasar
Emas
Melihat seluruh peristiwa yang terjadi, harga emas terus melanjutkan trend pelemahannya sejak minggu lalu dan mencatatkan level terendah baru sejak Maret. Pasalnya, emas kehilangan momentum sebagai safehaven karena investor melihat resiko penurunan yang lebih dalam jika ekonomi China terus memburuk sebagai negara konsumen komoditas terbesar dan ancaman suku bunga the Fed yang tidak menentu dimasa mendatang jika inflasi terus meningkat.
Dipasar spot, harga emas berakhir melemah sebanyak $25.73 atau 1.35% pada level $1,874.73 per barel, setelah capai tertinggi $1,903 dan terendah $1,872. Sementara emas berjangka kontrak Desember anjlok sebanyak $27.80 atau 1.45% pada level $1,890.90 per ons di Divisi Comex.
Dolar
Indeks Dolar Amerika diperdagangkan menguat tajam selama sesi perdagangan Rabu (27/9), mencapai level tertinggi baru sejak November dan menandai kenaikan untuk hari keempat berturut-turut. Dolar menjadi satu-satunya incaran para pelaku pasar ditengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan harapan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
USDX ditutup menguat sebanyak 52 poin atau 0.49% pada level 106.70, setelah capai tertinggi 106.84 dan terendah 106.16.
Diantara pasar matauang berisiko, pasangan ERU/USD mencatatkan penurunan terbesar selama sesi perdagangan Rabu (27/9), turun dibawah level 1.05 untuk pertama kalinya sejak awal tahun. EUR/USD berakhir turun sebanyak 69 poin atau 0.65% pada level 1.05012, setelah capai terendah 1.04878.
GBP/USD berakhir melemah sebanyak 21 poin atau 0.7% pada level 1.21333, setelah capai terendah 1.21097. Sedangkan AUD/USD berakhir melemah sebanyak 44 poin atau 0.69% pada level 0.63509.
USD/JPY ditutup pada level tertinggi sejak 21 Oktober lalu – naik sebanyak 54 poin atau 0.60% pada level 149.626. Perbedaan arah kebijakan moneter the Fed dan BoJ menjadi faktor utama pelemah Yen terhadap Dolar. Perlu diwaspadai bahwa pelemahan lebih lanjut dapat memperkuat spekulasi intervensi oleh Bank Sentral Jepang.
Minyak
Harga minyak mentah dunia melonjak tajam mencapai tertinggi baru dan menandai penutupan tertinggi sejak Agustus tahun lalu. Harga minyak melonjak menyusul laporan jumlah persediaan minyak mentah AS turun tajam selama sepekan terakhir.
Dalam laporan oleh Badan Informasi Energi (EIA) Persediaan minyak mentah AS mengalami penurunan yang mengejutkan yakni jumlah pasokan nasional turun lebih dari 2 juta barel dibandingkan perkiraan -320 ribu.
- OIL (SPOT) : $92.77 , +$2.82 / +3.14%
- WTI : $93.68 , +$3.15 / +3.48%
- BRENT : $94.36 , +$1.93 / +2.09%
Sentimen
Selama sesi perdagangan Kamis (28/9), fokus utama pasar global masih akan tertuju pada pergerakkan Dolar sebagai tolak ukur utama dalam pertukaran dan perkembangan ekonomi Tiongkok.
Selain itu, volatiltas pasar global diperkirakan akan meningkat karena banyaknya rangkaian data ekonomi. Diantaranya: Penjualan Ritel Australia, GDP AS, Inflasi Inti PCE AS , Pending Home Sales AS , hingga Kesaksian Kepala Federal Reserves AS Jerome Powell pada akhir perdangan Kamis.